Jesita Wida Ajani adalah contoh nyata bagaimana kegigihan dan tekad mampu mengatasi berbagai rintangan. Perjalanan hidupnya sebagai dosen muda yang pernah ditolak lebih dari 50 universitas, hingga akhirnya meraih beasiswa penuh Clarendon Scholarship di Universitas Oxford.
Baca juga: Umar Syaroni, Melampaui Keterbatasan: Kuliah S2 dan S3 dengan Beasiswa
Tumbuh dengan Ketertarikan di Dunia Ekonomi

Sejak kecil, Jesita sudah terbiasa dengan obrolan seputar ekonomi, berkat ayahnya yang adalah seorang ekonom. Diskusi keluarga di meja makan dan kegemaran membacanya mengasah rasa ingin tahu yang luas, mulai dari teori fisika kuantum hingga mimpi menjadi astronot. Namun, seiring berjalannya waktu, fokusnya mengerucut pada ekonomi dan isu sosial. Jesita merasa tergerak untuk mencari solusi bagi ketidakadilan ekonomi yang dialami banyak orang.
Hobi Ikut Lomba Hingga Mahasiswa Berprestasi (Mapres)

Jesita melanjutkan pendidikan di International Undergraduate Program (IUP) FEB UGM pada 2016. Berkat dorongan dari ibunya, yang selalu menekankan pentingnya aktif di luar akademik, Jesita sering sekali mengikuti berbagai lomba sejak kecil. Hal yang terus terbawa hingga masa kuliahnya. Tak tanggung-tanggung, ia memenangkan 14 dari 15 lomba yang diikutinya selama dua tahun pertama perkuliahannya. Pada 2018, ia dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi FEB UGM.
Baca juga: Haeril Halim, Memilih Tinggalkan Bisnis Keluarga Demi Pendidikan
Awal Mimpi Studi Luar Negeri

Jesita kemudian berkesempatan mengikuti Harvard Model United Nations di Boston dan program pertukaran musim panas di London School of Economics (LSE). Pengalaman-pengalaman ini membangkitkan impiannya untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri. Setelah menyelesaikan S1 pada tahun 2020, Jesita mengajar sebagai dosen muda di UGM sekaligus menjadi research associate. Namun, mimpinya tak berhenti di situ, ia gigih mengejar beasiswa untuk melanjutkan studi.
S2 di Paris dengan Beasiswa Penuh

Pada tahun 2021, impian itu mulai terwujud. Jesita diterima di program Master of Research di Paris School of Economics (APE), salah satu program paling bergengsi di dunia ekonomi. Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Prancis, sebuah pencapaian yang membuktikan kerja keras dan dedikasinya. Namun, perjalanan akademisnya di Paris bukanlah hal yang mudah.
Tahun pertama di Paris adalah momen berat bagi Jesita. Kendala bahasa dan gagal dalam beberapa mata kuliah hampir membuatnya menyerah. Tidak hanya dalam hal kemampuan akademik, bahkan mempertanyakan value dirinya, dan impiannya untuk melanjutkan studi S3 dan menjadi seorang profesor. Namun, dengan dukungan keluarga dan semangatnya, ia mampu bangkit kembali dan lulus dengan predikat “Distinction”.
15 Kali Ditolak Menjadi Pre-Doctoral Fellow

Setelah menyelesaikan program S2, Jesita berencana melanjutkan ke program Pre-Doctoral sebagai persiapan menuju PhD. Namun, jalan menuju impiannya tidak mudah. Jesita mengalami 15 kali penolakan dari berbagai universitas. Meski begitu, ia tidak pernah menyerah dan akhirnya diterima sebagai Pre-Doctoral Fellow di Norwegian School of Economics (NHH). Ini adalah batu loncatan penting baginya untuk terus mempersiapkan diri menuju program PhD.
Baca juga: Mario Matinahoru, Memilih D3 Setelah S1 Untuk Membangun Pendidikan di Raja Ampat
PhD dengan Beasiswa Clarendon di Oxford University

Mengalami lebih dari 20 kali penolakan untuk program PhD, Jesita akhirnya menerima kabar baik pada awal 2024. Ia diterima di University of Oxford dengan beasiswa penuh Clarendon Scholarship untuk melanjutkan pendidikannya di bidang Public Policy (Economics Track). Cita-citanya untuk menjadi seorang profesor dan memberikan kontribusi bagi masyarakat semakin mendekati kenyataan. Jesita berharap kelak dapat menjadi pengajar yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga memberikan dampak sosial yang lebih luas.
Kisah Jesita Wida Ajani adalah pengingat bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan. Tidak peduli seberapa banyak penolakan yang ia hadapi, semangatnya untuk terus mencoba membawa Jesita ke puncak pencapaiannya.
Baca juga: 10 Universitas Terbaik di Inggris 2025
“Trust the process with patience” – Jesita Wida Ajani